Siapa yang tidak kenal bubur ayam? makanan yang lembut ini sering kali menjadi sajian pada saat sarapan. Bukan hanya di kaki lima, sampai hotel bintang lima pun juga menyajikan penganan ini untuk disantap pada saat pagi hari. Tapi tahukah anda, ternyata penjual bubur bukan hanya dilakukan pada pagi hari saja. Pada beberapa tempat, penjual bubur sering menjual bubur sepanjang hari. Bahkan ada tempat yang khusus menjual bubur pada malam hari. Salah satu bubur ayam yang dijual pada malam hari adalah bubur ayam rawa belong.
Terletak di bilangan rawa belong, tepatnya di pertigaan lampu merah rawa belong, tidak begitu jauh dari kampus binus. Bubur ayam rawa belong menjadi salah satu sajian yang menjadi buruan penggemar kuliner. Bubur ayam ini juga menjadi santapan masyarakat sekitar karena rasanya yang nikmat, Beda dengan bubur pada umumnya, bubur ini mengandalkan suwiran ayam sebagai bumbu yang nikmat. Tidak ada kuah dalam bubur ini sebagaimana bubur yang biasa kita beli di pagi hari.
Ketika melihat usaha bubur ayam ini saya jadi terbesit pertanyaan, kira-kira transaksi apa yang cukup signifikan dalam bisnis ini. Apa pos pengeluaran maupun pendapatan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam aktivitas pembukuan usaha. Ya, sebagai pengusaha, tentu anda tidak bisa hanya fokus pada produk yang dihasilkan, atau aktivitas promosi yang dilakukan. Atau seberapa banyak pengunjung yang datang ke usaha anda untuk membeli produk. Pencatatan juga terbilang penting. Menurut saya, pada umumnya aktivitas pencatatan pada usaha skala kecil seperti warung bubur ayam menjadi hal yang dilupakan. Pemilik usaha boleh jadi hanya fokus pada kegiatan produksi dan penjualan saja. Marketing? hmm belum tentu jadi perhatian karena dengan posisi warung di pinggir jalan otomatis biaya marketing dapat ditekanserendah mungkin, bahkan bisa jadi nol. Sama dengan marketing, aktivitas pembukuan dapat dipastikan luput dari perhatian. Padahal, tanpa aktivitas pembukuan, pengusaha tidak dapat mengetahui secara tepat berapa laba yang dihasilkan.
Apa yang dilakukan pengusaha bubur ayam pada umumnya? kira-kira seperti ini. catat kebutuhan pembuatan bubur dan pelengkapnya, belanja ke pasar (tanpa bukti pembelian), menyiapkan produksi bubur, menjual bubur pada malam hari, dan menghitung berapa omzet pada hari itu. begitu seterusnya setiap hari dalam satu bulan. Diakhir bulan, ia kemudian mengeluarkan uang untuk bayar gaji pegawai (1 sampai 2 orang), bayar kontrakan (jika masih ngontrak) dan bayar listrik. Keuntungan, dihitung dari sisa uang yang ia pegang. Lantas apakah kentungan yang diperoleh tepat?
Sudah pasti tidak tepat. Kenapa? karena ada berbagai komponen biaya yang tidak diperhitungkan. Isitilahnya keuntungan yang diperoleh pengusaha bubur tersebut overstatement. Akibatnya dalam jangka panjang, apalagi ketika omset sedang turun, pengusaha tidak sadar bahwa sebenarnya modal usaha telah tergerus.
Jadi gimana nih pengusaha bubur ayam? masih gak mau pakai pembukuan usaha yang benar?
hubungi saya di nicopascakom@gmail.com untuk tanya jawab lebih lanjut.