Kapan harus beli dan jual saham ala Goerge Soros


Siapa yang tidak kenal George Soros? Spekulan yang katanya membuat krisis besar di Asia Tenggara tahun 1997/1998, termasuk Indonesia.  Soros sendiri adalah seorang pengelola investasi global yang berinvestasi secara luas dalam berbagai kategori asset, sector dan ekonomi. Dalam pandangannya, harga asset berada pada posisi “jauh dari equilibrium”. Ia sudah berhasil membuat kaya dirinya dan pada investor di Quantum Fund. Sebagai contoh, ia telah memberoleh laba investasi tahunan hampir 35% dalam 26 tahun pertamanya. Kalo kita hitung pakai kalkulator investasi modal $1.000 di tahun 1969 berkembang menjadi jutaan dollar di pertengahan tahun 1990


Salah satu pemikiran Soros yang terkenal saat ini adalah Refleksivitas. Apai itu refleksivitas? Isitilah refleksif berasal dari satu jenis bentuk bahasa Prancis, dimana subjek dan objeknya adalah sama.  Yang pada intinya adalah Harga pasar bukan murni dipengaruhi oleh fundamental, melainkan persepsi dari pelaku pasar. Kesalahan konsep, kesalahan pemahaman (“fungsi kognitif”), kesalahan penilaian dan pemahaman yang bias dari pelaku pasar terhadap fundamental (“tren yang berlaku”) yang kemudian mempengaruhi tindakan (“fungsi manipulative”) yang pada gilirannya menggerakan harga pasar.


Salah satu yang paling saya suka dari teori refleksivitas adalah bagaimana Soros dapat menjelaskan mengenai bubbles. Boleh jadi teori ini juga yang dapat menjelaskan mengenai fenomena saham gorengan di bursa Indonesia

Soros sendiri melihat bubbles terdiri dari dua komponen:
1.       Sebuah tren berdasarkan kenyataan
2.       Sebuah miskonsepsi atau salah pemahaman dari tren tersebut.
Biasanya pasar mengkoreksi miskonsepsi sehingga mengakibatkan kempisnya bubble. Namun seringkali miskonsepsi malah memperkuat tren yang ada.


Menusur Soros ada delapan tahapandalam urutan boom/bust dalam bubble
Tahap 1 – Tren belum dikenali
Tahap 2 – Tren dikenali dan mengalami penguatan
Tahap 3 – Ujian (tren menurun - koreksi)
Tahap 4 – Periode Akselerasi (naik
Tahap 5 – Ketidakberlangsungan (pada tahap ini pelaku pasar mulai menyadari ada yang salah)
Tahap 6 – Periode Senja
Tahap 7 - Titik ujung (mulai ada perubahan arah tren)
Tahap 8 – Akselerasi penurunan drastis


Apakah refleksifitas memiliki pola yang sama? Jawab soros tidak, taka da yang pasti atau wajib dalam pola boom/bust.Prosesnya dapat dibatalkan setiap saat.


Bagaimana menerapkan Refleksivitas
1.       Saham atau sector
Soros tidak memiliki aturan khusus untuk ini, semua bergantung pada situasi
2.       Pengikut tren atau penentang
Soros mengatakan bahwa melawan arus akan meningkatkan risiko terinjak-injak. Cara memainkannya adalah untuk menganggap tren sebagai teman setiap saat. Yang membuat Soros luar biasa adalah ia mampu mengenali titik infleksi sebelum orang banyak.

Apakah Chart Dibawah Ini satu bubble yang dimaksud oleh Soros?


No comments:

Post a Comment

hanya 5% komentar yang akan dimuat. Biasanya sih komentar cerdas. Jadi jangan sia-siakan waktu kamu hanya untuk nyepam