Pada tau donald trump kan? salah satu bakal calon presiden amerika serikan dari kubu partai republik. Beberapa waktu yang lalu secara tidak sengaja saya menonton videonya. Berikut videonya
Ternyata donald trump yang seorang milyuner pernah mengalami kebangkrutan pada usahanya. Yang menarik adalah, Ketika ia menjadi seorang milyuner, mengapa ia tidak menolong bisnisnya yang tengah colaps? Bukannya caranya mudah ya, cukup suntikan modal lagi maka bisnis akan terselamatkan.
Tapi nampaknya bukan seperti itu cara orang berduit menjalankan bisnis. Sebagaimana yang kita tahu bahwa yang namanya perusahaan berbentuk perusahaan terbatas, maka kekayaan dan tanggungjawab pemilik perusahaan adalah sebesar saham yang ia miliki. Jadi tidak ada kewajiban bagi pemilik saham untuk terus menerus menambah modal yang dibutuhkan perusahaan. Apalagi kalo perusahaan tengah berdarah-darah. Memang pilihan utamanya adalah menambah modal agar perusahaan dapat terus hidup. Tapi dalam bisnis, semua ada hitung-hitungannya. Kita harus menghitung lebih untung mana tetap mempertahankan bisnis atau menutup bisnis. Mana yang lebih besar, membiarkan perusahaan terus berjalan atau menutup perusahaan. Jangan salah lho menutup perusahaan atau usaha juga ada biayanya. Kalo biaya menututp perusahaan lebih besar dari tetap menjalankan usaha, maka mau tidak mau kita harus tetap menjalankan perusahaan. Begitu sebaliknya.
Meskipun demikian, menutup usaha adalah sebuah pilihan yang pelik dan pahit. Sama halnya yang saya hadapi belakangan ini. Salah satu unit usaha, harus ditutup. Alasannya tidak efisien. Biaya yang keluar besar sementara pendapatan tidak seberapa. Penutupan ini sebenarnya bukan akhir dari usaha tersebut karena pada waktu yang bersamaan usaha dibuka lagi, tapi dengan format yang berbeda.
Mengapa harus ditutup. Karena pemikirannya waktu itu adalah usaha yang baru diharapkan tidak menanggung beban dan kerugian akibat dari usaha yang tidak efisien. Memang sebelumnya banyak pos pengeluaran yang tidak efisien. Hal ini disebabkan dari belanja yang tidak terencana dengan baik. Pegeluaran-pengeluaran yang tidak produktif banyak dikeluarkan . Hal itu baru kami ketahui ketika melihat neraca dan jurnal. Tanpa disadari kami banyak membuang uang yang memiliki tidak memiliki hubungan dengan urusan produksi. Usaha juga terlihat sangat boros karena untuk urusan yang kiranya hanya mengeluarkan ongkos kecil tapi berbiaya besar. Misalnya untuk urusan transport.
Dengan menutup usaha lama, sekaligus menutup pembukuan usaha lama, kami mencoba untuk menghapuskan kerugian-kerugian yang telah lalu. Maksudnya, kerugian itu memang tetap ada tapi ya sudah biarlah. Kini kami membuka lembara pembukuan usaha yang baru. Ini kami lakukan supaya dapat memotivasi usaha. Biar ketika melihat laporan kami bisa tetap optimis karena usaha mencetak laba.
Strategi ini memang tidak lazim alias janggal. Mengapa melakukan ini? bukannya kalo rugi malah gak masalah kan kita mendapatkan insentif untuk tidak membayar pajak karena kita mengalami kerugian? itu kalo usaha besar, kalo umkm ya tidak pengaruh. Kan untuk umkm tarif pajaknya berdasarkan omset bukan berdasarkan profit.
Yang penting, upaya ini dapat memotivasi kami untuk lebih baik.
Apa anda pernah melakukan ini juga?